5 KISAH MEREKA YANG BERHASIL KABUR DARI KOREA UTARA DAN UNTUK PERTAMA KALINYA BISA MELIHAT DUNIA

5 KISAH MEREKA YANG BERHASIL KABUR DARI KOREA UTARA DAN UNTUK PERTAMA KALINYA BISA MELIHAT DUNIA

Lari dari korea utara via http;//www.hancinema.net
Mungkin diantara kalian sudah pasti ada yang tahu bahwa Negara yang di pimpin oleh Kim Jong Un ini merupakan Negara yang sangat tertutup dari dunia luar. Oleh karena itu pasti kebanyakan orang sangat penasaran bagaimana kehidupan masyarakatnya di Negara Komunis yang satu ini. Korea Utara memang merupakan Negara yang sangat menutup diri dari berbagai pengaruh dunia luar. Hal ini membuat masyarakatnya menjadi korban propaganda dan doktrinisasi selama puluhan tahun sejak Negara tersebut berdiri. 

Walaupun Negaranya sangat kejam terhadap rakyatnya, akan tetapi rakyaknya masih berfikir bahwa Negaranya tersebut adalah Negara yang paling bagus dibandingkan dengan Negara yang lain. Dengan propaganda dan doktrinisasi yang telah dibuat sehingga rakyatnya pun memercayai bahwasanya pemimpinnya Kim Jong Un dianggap setengah Dewa. Apabila terjadi hal-hal yang baik itu merupakan datangnya dari pemimpinnya yang agung, sedangkan bila terjadi hal-hal yang buruk itu datangnya dari Amerika dan sekutunya. Sampai begitu rakyatnya bisa di doktrinisasi hingga tak tahu apa-apa dengan apa yang terjadi di dunia luar.

Dengan demikian, pasti akan menarik untuk kita ketahui bagaimana kisah-kisah mereka yang bisa berhasil kabur dari Negara yang sangat kejam dan telah mendoktrinkan rakyatnya tersebut. Untuk itu kira-kira apa yang menyebabkan ingin sekali meninggalkan Negara yang mereka yakini sebagai Negara yang paling bagus di dunia tersebut akhirnya mereka tersadar dengan realita yang ada. Inilah beberapa kisah diantara mereka yang berhasil kabur :

1. Sungju Lee

Tersadar bahwa hidupnya yang sejahtera hanya kebohongan semata via ottawacitizen.com
HIdup dalam kemewahan di Ibukota Provinsi Korea Utara yaitu Pyong Yang, seluruh hidup Sungju Lee bagaikan kebohonagn besar ketika melihat penderitaan dan bagaimana tragisnya hidup diluar Ibukota. Dia tidak pernah tahu bahwa hidup di luar Ibukota Pyong Yang yang ternyata jauh berbeda dengan bagimana Korea Utara yang sebenarnya. Hanya orang-orang yang dipilih oleh Partai Komunis yang hanya bisa tinggal di Ibukota tersebut dan salah satunya merupakan keluarganya Lee Sungju. Namun saat adanya perubahan rezim karena ketidakcocokan ayahnya dengan rezim yang baru, alhasil seluruh keluarganya harus lari keluar dari Pyong Yang. Saat menapakkan kakinya di perbatasan, ia tersadar bahwa dirinya rupanya hidup di dunia yang berbeda. Bukan Negara yang paling hebat dan paling makmur yang selama ini ia yakini, namun ladang yang tandus dan banyak sekali orang yang masih kelaparan bahkan warga yang di eksekusi di tengah jalan. Lee sampai bingung dan terheran-heran apakah mereka masih di Korea Utara. 

Nasibnya bertambah tragis ketika orangtuanya satu persatu pergi menghilang dan hanya meniggalkan memo perpisahan. Kemudian Lee hidup sebatang kara dan kelaparan, akhirnya ia belajar bertahan hidup dengan cara mengikuti preman setempat. Mencuri makanan dan berkelahi di jalanan, sampai pada suatu hari ia mendapati surat dari ayahnya dari Cina. Sebenarnya Lee tak pernah terlintas di pikirannya untuk meninggalkan Korea Utara selamanya, ia hanya ingin ke Cina untuk memukul ayahnya karena melampiaskan rasa kesal terhadap ayahnya. Tapi begitu ia keluar dan melihat bagaimana realita yang sebenarnya, akhirnya ia memutuskan untuk tak hidup lagi dalam kebohongan.

2. Sanghak Park

Akhirnya bebas via www.stripes.com
Sanghak Park adalah salah satu orang yang selanjutnya beruntung bisa kabur dari Korea Utara. Mendengar cerita teamannya yang dapat kesempatan bisa sekolah ke luar negeri, Sanghak Park berpikir ulang tentang kebebasan yang ia miliki. Sadar akan dirinya terpenjara, ia akhirnya kabur. 

Sebagai anak yang ayahnya merupakan seorang birokrat, Sanghak Park telah di doktrin sejak kecil bahwa pemimpinnya adalah orang yang paling bijak dan Negaranya adalah yang paling baik dibandingkan dengan Negara lain. Namun selembar pamflet yang ia dapatkan secara tak sengaja, membuat Park terheran heran saat melihat bagaimana kehidupan di Korea Selatan. Saat seseorang menikmati matahari di pantai dan memakai bikini dengan bebas tentu ini merupakan hal yang mustahil kita dapatkan di Korea Utara. Rasa heran Park semakin bertambah saat ia mendengar salah satu temannya yang menempuh pendidikan di Jerman. Temannya disana bisa dengan bebas berkunjung ke Negara-Negara Eropa yang lainnya. Namun tidak dengan di Korea Utara, di Korut apabila ketahuan pergi ke Korea Selatan saja maka akan dimasukkan ke kamp konsentrasi. Terlebih lagi orang-orang di Eropa tidak harus melakukan sesi evaluasi diri mingguan, dimana dirinya harus mengakui kesalahan-kesalahannya selama seminggu.  

Hidup yang serba bebas seperti itu tentu sangat jauh berbeda dengan hidup yang ada di Korea Utara yang serba terbatas. Bahkan untuk makanan sekalipun, ia sadar ternyata sangat terbatas. Setelah ayahnya pergi duluan kabur meninggalkan Korea Utara untuk mencari kebebasan, Park pun akhirnya kabur juga melarikan diri. 

3. Doktrinisasi Yang Kuat Dan Sudah Dilakukan Sejak Lahir, Sebenarnya Lansung Runtuh Begitu Berurusan Dengan Perut. Jika Rakyatnya Masih Banyak Yang Kelaparan, Yang Maha Agung Kim Tentulah Tak Sehebat Itu. 

Mau dibohongi atau diancam bagaimanapun, kalau lapar ya lapar
Seperti hal nya kasus Sungju Lee dan Sanghak Park diatas, momen terakhir yang bisa meruntuhkan segala kepercayaan pada sebuah Negara adalah ketika mereka kelaparan. Rasa lapar itu insting natural manusia yang tak bisa disamarkan oleh propaganda macam apapun. Setelah Uni Soviet bubar, Korea Utara memang sudah tak memiliki sekutu yang masih bisa diandalkan untuk meminta bantuan pasokan makanan. Belum lagi yang bencana alam seperti kekeringan berkepanjangan yang terus melanda, pantaslah banyak sekali warga Korut yang mati kelaparan.

Terlebih lagi ketika pemerintahnya mengatur bahwa mereka yang mengeluh "kelaparan" itu merupakan sebuah tindakan yang kriminal karena mengekpos kondisi yang dapat menodai "reputasi" bangsanya. Oleh karena itu, bukan karena bujukan dari Amerika Serikat ataupun ada alasan politis lain, yang namun sebenarnya jauh lebih banyak orang yang kabur dari Korea Utara pangkalnya adalah masalah "perut". Terutama bagi mereka yang tidak hidup di Pyong Yang, kelaparan itu tiap hari pasti terjadi.

4. Yongho Thae

Diplomat yang menyadari realita dunia bahwa negaranya itu tak berperimanusiaan via www.nytimes.com
Lelah dipaksa bekerja dengan berbagai cara, melarikan diri merupakan jalan terbaik untuk mencari hidup yang aman dan nyaman. Kasus 'pindahnya' Yongho Thae ke Negara Korea Selatan lumayan menghebohkan. Pasalnya Thae merupakan diplomat penting Korea Utara untuk Negara Inggris. Menurut juru bicara pemerintah Seol, alasan Thae pergi ialah karena sudah merasa muak dan lelah dengan rezim Kim Jong Un. Thae juga menyebutkan bahwa selama ini orang menduga sebagai kaum elit di Korea Utara, dia mendapat fasilitas negara yang mewah. Faktanya, apa yang dia kerjakan dan apa yang ia dapatkan sungguh tidak sebanding sama sekali.

Tuntutan yang diberikan negara sangatlah besar. Bila misi luar Negeri Korea Utara gagal, maka diplomat diharapkan untuk melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan uang walaupun dengan cara yang ilegal. Menurut kepala Devisi Pemantauan Hak Asasi Manusia PBB untuk Asia, Phil Robertson, memang begitulah pergerakan ekonomi Korea Utara, yang didasarkan pada kerja paksa rakyatnya.

5. Hyeonseo Lee 

Kisah tragis yang menginspirasi dunia
Berbeda dengan mereka yang hidup di Ibukota atau pejabat negara, Hyeonseo Lee selalu tahu betapa bersinarnya lampu-lampu dari daratan seberang di Cina. Tapi tanpa uang atau koneksi, maka kabur itu merupakan sama saja dengan bunuh diri.

Hyeonseo Lee tinggal di darah perbatasan terluar dengan Cina, hanya terpisah dengan sungai. Tiap hari ia merenung melihat dunia yang begitu gemerlap di seberang Cina. Kenapa kalau memang ia tinggal di negara terhebat di dunia, justru tiap harinya listrik mati sehingga tak bercahaya layaknya di seberang Cina sana. Tapi Lee juga tahu benar dia tak boleh 'meragukan' kehebatan negaranya, karena akan berujung dengan hukuman. Sejak usianya tujuh tahun, Lee sudah terbiasa melihat warga dihukum mati di pinggir jalan. Bahkan 'kesalahan-kesalahan' sepele seperti tidak menangis saat kematian presiden Kim Il Sung pun punya konsokuensi hukum.

Hidup yang penuh kegelapan dan hukuman itu tak lagi tertahankan ketika rasa lapar akhirnya melanda. Ia akhirnya menguatkan niatnya untuk mencari makanan di daratan seberang, Lee dan ibunya akhirnya berusaha kabur. Tapi lagi-lagi membuktikan bahwa wanita adalah kelompok korban paling rentan dalam sebuah konflik, Lee dan ibunya malah jadi korban perdagangan manusia menuju Cina. Ia harus menyaksikan ibunya diperkosa dan dibunuh di depan mata kepalanya sendiri, Lee menguatkan tekadnya mengakhiri nasib tragis warga Korut ini dengan menjadi aktivis. Karena ia menjadi seorang aktivis, Lee sampai harus mengubah nama sebanyak 7 kali demi menghindari pengejaran dari pemerintaah Korea Utara. Catatan panjang pelarian Hyeonseo Lee ini tercatat dalam bukunya 'The Girl With Seven Name'.

Demikianlah beberapa kisah alasan orang Korea Utara melarikan diri dari Negaranya. Ternyata dibalik hebohnya teknologi nuklir yang di gembar-gemborkan ternyata masih banyak terjadi kelaparan dimana mana. Dan dibalik senyum bahagia rakyat bersama Kim Jong Un, mungkin ada todongan senjata di keningnya.

Source : hipwe.com

0 Response to "5 KISAH MEREKA YANG BERHASIL KABUR DARI KOREA UTARA DAN UNTUK PERTAMA KALINYA BISA MELIHAT DUNIA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel